BRICS 2025: Indonesia Bergabung sebagai Anggota Penuh, Trump Ancam Tarif Ekonomi

kawatarou.info – Indonesia resmi menjadi anggota penuh BRICS 2025, aliansi ekonomi negara-negara berkembang, menjadikan jumlah anggota tetap blok ini bertambah menjadi 11 negara. Pengumuman ini disampaikan oleh Pemerintah Brasil, yang memegang presidensi BRICS untuk tahun 2025, dalam sebuah pernyataan resmi pada 6 Januari 2025. Langkah ini menandai masuknya Indonesia sebagai negara Asia Tenggara pertama dalam kelompok yang kini semakin berpengaruh di panggung global.

Keputusan Indonesia bergabung memicu reaksi keras dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang mengancam akan memberlakukan tarif impor hingga 100% terhadap negara-negara BRICS. Trump menyebut aliansi ini sebagai “ancaman strategis” terhadap dominasi ekonomi AS, terutama setelah BRICS memperluas keanggotaannya dan menguatkan agenda reformasi tata kelola global. Ancaman ini disampaikan Trump pada Februari 2025, menegaskan bahwa negara-negara BRICS tidak akan mendapat pengecualian dari kebijakan tarifnya.

Apa Itu BRICS?

BRICS, akronim dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, adalah aliansi informal yang dibentuk pada 2006 untuk memperkuat kerja sama ekonomi, politik, dan sosial di antara negara-negara berkembang. Tujuannya adalah menyeimbangkan dominasi Barat dalam lembaga global seperti IMF, Bank Dunia, dan PBB, sekaligus mendorong perdagangan yang adil dan pembangunan berkelanjutan di Global South. Dengan ekspansi terbaru, BRICS kini mewakili sekitar 37,3% PDB global dan 46% populasi dunia, menjadikannya kekuatan ekonomi yang signifikan.

Daftar Anggota Tetap BRICS 2025 dan Peran Kunci Mereka

Berikut adalah 11 negara anggota tetap BRICS beserta kontribusi utama mereka dalam aliansi ini:

  1. Brasil (Bergabung: 2006, Pendiri)
    Brasil, sebagai ketua BRICS 2025, memimpin agenda reformasi tata kelola global dan kerja sama Global South. Negara ini unggul di sektor pertanian, energi terbarukan, dan perdagangan internasional, mendorong keberlanjutan melalui inisiatif seperti pengembangan bioenergi.
  2. Rusia (Bergabung: 2006, Pendiri)
    Rusia memainkan peran sentral dalam pembentukan BRICS dan fokus pada reformasi institusi global, seperti Dewan Keamanan PBB. Dengan kekuatan di sektor energi, teknologi militer, dan eksplorasi antariksa, Rusia memperkuat posisi BRICS sebagai penyeimbang geopolitik.
  3. India (Bergabung: 2006, Pendiri)
    India menjadi motor inovasi BRICS dengan keunggulan di bidang teknologi informasi, farmasi, dan diplomasi. Negara ini mendorong kolaborasi teknologi dan pengembangan kapasitas, termasuk inisiatif seperti International Solar Alliance.
  4. China (Bergabung: 2006, Pendiri)
    Sebagai ekonomi terbesar di BRICS, China memimpin pendanaan proyek infrastruktur melalui New Development Bank (NDB), yang telah mengucurkan lebih dari $100 miliar untuk pembangunan di negara-negara anggota. China juga mengupayakan pengurangan ketergantungan pada dolar AS dalam perdagangan global.
  5. Afrika Selatan (Bergabung: 2010)
    Bergabung pada 2010, Afrika Selatan mewakili benua Afrika dan fokus pada pembangunan berkelanjutan serta peningkatan suara Global South. Negara ini juga menjadi jembatan kerja sama ekonomi antara BRICS dan negara-negara Afrika lainnya.
  6. Mesir (Bergabung: 2024)
    Mesir memperkuat posisi BRICS di Afrika Utara dengan ikatan perdagangan yang erat bersama China dan India. Negara ini berupaya menarik investasi untuk memulihkan ekonominya yang terpukul akibat krisis global.
  7. Ethiopia (Bergabung: 2024)
    Ethiopia, ekonomi terbesar ketiga di Afrika Sub-Sahara, bergabung untuk memperluas hubungan dengan China melalui Belt and Road Initiative. Negara ini memperjuangkan kepentingan non-alignment dan pembangunan ekonomi Afrika.
  8. Iran (Bergabung: 2024)
    Iran membawa kekuatan di sektor energi, khususnya minyak, dan memperkuat narasi anti-Barat dalam BRICS. Keanggotaannya meningkatkan pengaruh geopolitik blok di Timur Tengah.
  9. Uni Emirat Arab (UEA) (Bergabung: 2024)
    UEA, pusat keuangan dan perdagangan Timur Tengah, berperan sebagai mediator dalam konflik regional, seperti perang di Ukraina dan Sudan. Keanggotaannya menambah bobot ekonomi BRICS di sektor minyak dan investasi.
  10. Arab Saudi (Bergabung: 2024)
    Arab Saudi, produsen minyak terbesar kedua di dunia, memperkuat posisi BRICS dalam pasar energi global. Meski sempat ragu, keanggotaannya dikonfirmasi pada Januari 2024, menambah pengaruh geopolitik blok.
  11. Indonesia (Bergabung: 2025)
    Indonesia, ekonomi terbesar di Asia Tenggara, resmi bergabung BRICS 2025 pada bulan Januari . Dengan populasi lebih dari 270 juta jiwa dan pertumbuhan ekonomi yang stabil, Indonesia memperkuat representasi Asia dalam BRICS dan mendorong kerja sama perdagangan serta investasi.

Kontroversi dan Tantangan

Ekspansi BRICS, termasuk masuknya Indonesia, telah meningkatkan pengaruh blok ini, namun juga memicu tantangan. Konsensus dalam pengambilan keputusan menjadi lebih sulit karena keragaman kepentingan, seperti ketegangan antara China dan India atau rivalitas regional antara Arab Saudi dan UEA. Beberapa analis memperingatkan bahwa kehadiran negara-negara seperti Iran dapat mengarahkan BRICS ke arah narasi anti-Barat, meskipun Brasil dan India menegaskan bahwa BRICS bersifat “non-Barat,” bukan anti-Barat.

Ancaman tarif Trump menjadi sorotan utama, terutama setelah pernyataannya pada Februari 2025 bahwa BRICS “sudah mati” dan bahwa upaya untuk mengurangi dominasi dolar AS akan mendapat konsekuensi berat. Brasil, sebagai ketua BRICS 2025, berencana menggunakan KTT di Rio de Janeiro pada 6-7 Juli untuk memperkuat kerja sama ekonomi dan menegaskan posisi BRICS sebagai platform inklusif bagi Global South.

Apa Arti Keanggotaan Indonesia?

Bagi Indonesia, bergabung dengan BRICS 2025 adalah langkah strategis untuk meningkatkan peran globalnya. Presiden Prabowo Subianto, yang menyetujui keanggotaan setelah terpilih pada 2024, melihat BRICS sebagai peluang untuk mendiversifikasi hubungan ekonomi dan memperkuat posisi Indonesia di tengah ketegangan geopolitik global. Dengan akses ke New Development Bank dan kerja sama perdagangan, Indonesia berharap dapat mempercepat pembangunan infrastruktur dan meningkatkan ekspor ke pasar BRICS.

Menuju KTT BRICS 2025

KTT BRICS ke-17 di Rio de Janeiro akan menjadi panggung bagi Brasil untuk memimpin diskusi tentang reformasi tata kelola global dan kerja sama ekonomi. Namun, absennya pemimpin China dan Rusia dari KTT ini, seperti diumumkan pada Juni 2025, dapat memengaruhi dinamika diskusi. Brasil, di bawah kepemimpinan Presiden Luiz Inácio Lula da Silva, bertekad menjadikan KTT ini sebagai momentum untuk memperkuat solidaritas Global South dan menjawab tantangan global seperti perubahan iklim dan ketimpangan ekonomi.

Dengan Indonesia sebagai anggota baru, BRICS semakin menegaskan posisinya sebagai kekuatan alternatif di panggung dunia. Namun, keberhasilan blok ini akan tergantung pada kemampuannya menjaga kesatuan di tengah ancaman eksternal dan dinamika internal yang kompleks.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *