Brussel – Negosiasi Dagang UE-AS Menuju Tarif 15% Ketegangan dagang antara Uni Eropa (UE) dan Amerika Serikat (AS) mencapai babak krusial menjelang tenggat 1 Agustus 2025. Di tengah negosiasi alot mengenai tarif impor, kedua pihak disebut tengah mengarah pada kompromi penurunan tarif dari 30% menjadi 15%. Namun, UE tak tinggal diam. Brussel telah menyiapkan “bom” dagang senilai Rp1.600 triliun sebagai bentuk respons jika perundingan berakhir tanpa kesepakatan.
Menurut dua diplomat senior UE yang dikutip Euronews, perundingan intensif masih berlangsung antara Komisi Eropa dan pemerintahan Presiden Donald Trump. Namun, sejumlah sektor strategis seperti otomotif dan farmasi masih menjadi titik gesekan yang sulit dijembatani.

Komisi Eropa Siapkan Instrumen Anti-Paksaan
Sebagai langkah antisipatif, Komisi Eropa telah mengaktifkan mekanisme Instrumen Anti-Coercion (Anti-Coercion Instrument/ACI). Mekanisme ini memungkinkan blok UE:
- ❌ Membatasi akses perusahaan AS ke pasar pengadaan publik UE,
- 🚫 Mencabut perizinan tertentu,
- 🛑 Menangguhkan perlindungan hak kekayaan intelektual milik entitas AS,
- 💥 Menargetkan sektor jasa digital dan keuangan, yang menjadi sumber surplus besar bagi AS di kawasan Eropa.
“Mayoritas suara di antara negara anggota sudah tercapai untuk mengaktifkan ACI jika skenario tanpa kesepakatan terjadi,” ungkap salah satu sumber diplomatik UE, Rabu (24/7/2025).
Makan Malam Diplomatik Jadi Penentu Dukungan
Langkah politik penting untuk mengamankan kesepakatan pun dilakukan. Kanselir Jerman Friedrich Merz dan Presiden Prancis Emmanuel Macron menggelar makan malam diplomatik yang disebut-sebut krusial untuk membentuk mayoritas suara yang memenuhi syarat dalam mendukung rencana aksi Komisi Eropa.
“Pertemuan Macron dan Merz malam ini akan menentukan arah respons politik UE,” ujar sumber lain dari kalangan diplomatik.
Serangan Balasan Rp1.600 Triliun Jika Trump Naikkan Tarif
Skenario terburuk tetap menjadi perhatian. Pada 12 Juli, Presiden Trump kembali mengancam menaikkan tarif impor produk UE hingga 30% jika kesepakatan tak dicapai sebelum awal Agustus.
Sebagai bentuk antisipasi, Komisi Eropa:
- 💼 Menyatukan dua daftar tarif balasan menjadi satu paket tunggal,
- 💶 Menargetkan total produk dengan nilai setara €93 miliar atau sekitar Rp1.600 triliun,
- 📆 Menetapkan batas waktu penerapan tidak lebih cepat dari 7 Agustus,
- ⚖️ Mengajukan daftar tersebut kepada negara anggota untuk disetujui secara formal.
“Prioritas kami tetap negosiasi. Namun, kami tidak akan lengah. Semua skenario kami siapkan,” tegas Juru Bicara Komisi Eropa, Olof Gill.
Tarik Ulur Tarif: Dari 50% ke 15%
Adapun struktur tarif saat ini yang diberlakukan AS atas produk dari UE sangat memberatkan:
- 🛠️ 50% untuk baja dan aluminium,
- 🚗 25% untuk kendaraan bermotor,
- 📦 10% untuk berbagai kategori lainnya.
Dalam perundingan terbaru, sempat muncul wacana untuk menurunkan tarif dasar menjadi 10%, namun kemudian kembali bergeser ke angka 15%. Meskipun lebih ringan dibanding ancaman Trump sebelumnya, belum ada jaminan bahwa angka ini akan disepakati kedua belah pihak.
Fokus UE: Sektor Jasa Jadi Senjata Utama
Komisi Eropa, yang dipimpin Presiden Ursula von der Leyen, menegaskan bahwa UE tidak akan ragu untuk mengambil tindakan keras. Blok ini siap menargetkan sektor jasa — seperti layanan keuangan dan digital — yang menjadi andalan AS dalam meraih surplus dagang dari pasar Eropa.
“Jika negosiasi gagal, kami tidak hanya akan menargetkan produk, tetapi juga sektor jasa yang memberi keuntungan besar bagi AS,” ujar Von der Leyen.
Kesimpulan: Perang Tarif Masih Mengintai
Meski upaya diplomatik terus dilakukan, bayang-bayang perang dagang besar antara dua kekuatan ekonomi dunia belum benar-benar sirna. Dalam beberapa hari ke depan, arah hubungan dagang UE-AS akan ditentukan oleh seberapa cepat kompromi dapat tercapai sebelum tenggat 1 Agustus 2025.
Jika gagal, dunia bisa menyaksikan eskalasi tarif besar-besaran yang berpotensi mengguncang pasar global.